Mendatangkan atau menghadirkan Kerajaan Allah berarti menjadi bagian dari pasukan atau laskar Kristus. Orang percaya harus menyadari bahwa peperangan dan ketegangan antara kerajaan kegelapan dan Kerajaan Terang semakin dahsyat menjelang akhir zaman ini. Orang percaya harus bersikap dan menentukan berdiri di pihak siapa. Banyak orang Kristen yang tidak menunjukkan sikap yang jelas berada di pihak siapa. Kalau orang percaya tidak memiliki sikap yang jelas di pihak siapa berdiri, itu berarti akan tergiring menjadi tawanan Iblis. Dalam Lukas 11:23 ditulis, “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.” Dalam ayat ini dapat ditemukan ketegasan Tuhan agar orang percaya dapat mengetahui bagaimana posisinya hari ini di hadapan Allah.
Orang percaya harus menyadari bahwa pemberontakan Iblis di hadapan Allah menyeret malaikat-malaikat ikut memberontak kepada Allah, peperangan berlanjut di muka bumi (Why. 12:1-4, 7-9). Peperangan beralih dari surga ke bumi ini. Iblis berusaha menyeret sebanyak mungkin manusia untuk mengikuti jejaknya: memberontak atau melawan Allah. Ini merupakan gerakan Iblis yang terus berlangsung sampai hari ini. Manusia harus menyadari hal ini (1Ptr. 5:9). Ketika Kerajaan Allah datang dan orang percaya hidup dalam pemerintahan-Nya, secara langsung hal itu memperhadapkan orang percaya kepada suatu pilihan, yaitu berdiri di pihak Allah atau di pihak musuh.
Kerajaan Allah didatangkan atau dihadirkan oleh Tuhan Yesus merupakan isyarat dimulainya sebuah peperangan besar, yaitu peperangan untuk membinasakan pekerjaan Iblis dan mengembalikan manusia kepada pemiliknya, yaitu Allah. Sebagaimana Iblis mendayagunakan segala kekuatan dan pengikutnya untuk melawan Allah, demikian pula Tuhan Yesus mendayagunakan kekuatan-Nya dan pengikut-Nya untuk menghancurkan pekerjaan Iblis (1Yoh. 3:8). Pengikut Yesus adalah orang percaya yang mendatangkan atau menghadirkan Kerajaan Allah, yang juga adalah anggota keluarga Kerajaan Allah. Orang percaya disebut sebagai “laskar Kristus”, berarti harus memiliki kegiatan hidup yang tidak henti sebagai laskar milik Allah Bapa sampai menutup mata.
Orang percaya dipanggil untuk masuk peperangan yang dimulai dalam diri sendiri. Orang percaya harus menghentikan kepemilikan kuasa kegelapan atas dirinya atau dari karakter buruk yang tidak sesuai dengan kesucian Allah. Jika kemerdekaan atau kelepasan sudah sampai pada tahap tertentu, barulah kemudian Tuhan memakai orang percaya tersebut untuk melepaskan manusia lain dari cengkeraman kuasa kegelapan. Peperangan tersebut dimulai dari pikiran setiap orang percaya. Siapa atau apa yang paling banyak mewarnai pikiran seseorang, dialah pemenangnya. Apakah seseorang memberi peluang bagi Tuhan sebagai pemenang untuk memiliki kehidupan ini atau kuasa lain yang memilikinya. Hal ini tergantung kepada masing-masing individu. Kalau seseorang memberi diri untuk dimiliki oleh Allah, berarti harus mengisi pikirannya dengan kebenaran firman Allah yang murni, sehingga ia dapat mengerti kehendak Allah dan melakukannya sehingga hidup dalam penguasaan Allah. Ini adalah prestasi yang baik untuk kekekalan. Harus diperhatikan bahwa seseorang tidak bisa melepaskan orang lain sementara dirinya sendiri masih terikat kuasa kegelapan atau terbelenggu dengan kodrat dosa. Hamba Tuhan yang masih terikat materialisme dan terikat dengan berbagai keinginan daging, tidak akan dapat melayani orang lain dengan benar.
Setelah orang percaya menjadi anak Allah yang menaklukkan diri sendiri, masih ada perjuangan berat yang dijalani, yaitu perjuangan menghadapi musuh, yaitu penghulu roh-roh di udara. Kalau sebelumnya seseorang berdiri di pihak musuh—yaitu bersikap melawan Tuhan—tetapi sekarang berdiri di pihak Tuhan, maka ia harus hidup dalam kebenaran Tuhan. Ini berarti orang percaya tersebut menjadikan dirinya sebagai musuh penghulu roh-roh di udara. Dalam Efesus 6:12 Alkitab menyatakan, “karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara”. Kata “perjuangan” dalam teks aslinya adalah pale (Yun. πάλη), yang dalam bahasa Inggris dapat diterjemahkan wrestling, yaitu pergulatan. Seperti seorang adu gulat, ia harus berjuang dan terus bergerak untuk merebut kemenangan, sebab kepasifan berarti kekalahan. Seorang pegulat tidak boleh berhenti berjuang, ia ada dalam situasi dimana lawan terus berusaha untuk menaklukkannya. Dalam Efesus 6:10 Paulus menasihati orang percaya, “Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya”. Petrus menasihati jemaat agar berjaga-jaga (1Ptr. 5:8-9). Jadi kalau orang percaya tidak merasa ada pergumulan berat dalam menghadapi tekanan kuasa musuh, pasti ada sesuatu yang salah dalam hidupnya ini. Dalam menghadapi kenyataan, pergumulan melawan musuh ini, Tuhan Yesus menasihati orang percaya agar berjaga-jaga. Sikap berjaga-jaga ini harus dimiliki sepanjang waktu, bukan hanya sesaat. Dengan mendatangkan atau menghadirkan Kerajaan Allah dalam kehidupan ini, maka perjuangan harus dialami.
https://truth.id/voice/2019/10/29/perjuangan-sebagai-laskar/